December 23, 2013

Tradisi Tionghoa Makan Onde

Tanggal 22 Desember itu selain dikenal dengan Hari Ibu juga ada tradisi Tionghoa merayakan hari festival Dongzhi yang berarti Musim Dingin Yang Ekstrem. Kalau saya dan keluarga biasanya menyebutnya "Syak Yen" atau "Onde" di Indonesia.

Jujur saja saya baru mengetahui makna dari makan onde ini. Kalau di kampung halaman saya, tradisinya masih terasa cukup kental. Setiap rumah dan setiap keluarga Tionghoa pasti mengikuti tradisi ini. Termasuk mama. Mama juga selalu membuat dan moment ini selalu dinanti-nantikan sama kita semua. Saya membuat onde bersama Mama, cece, dede, dan keponakan di hari H-1 biasanya. Dan saya sangat merindukan moment itu.

Semenjak saya pindah ke Bogor pada Juni 2008, yah semenjak itu tidak pernah membuat Onde lagi, tapi kadang-kadang masih makan buatan tante. Kalau dibandingkan dengan di sini, masyarakat Tionghoa di sini sudah banyak yang meninggalkan tradisi ini. Lama-lama mungkin akan hilang tanpa jejak. Dan saya bersyukur di tempat kelahiran saya masih mengikuti tradisi ini. Setidaknya masih ada yang meneruskan. 

Oia, saya juga baru mengetahui bahwa Onde harus di makan sesuai dengan jumlah umur. Sebenarnya saya juga baru mendengar tentang hal ini. Entah memanh harus seperti itu atau hanya mitos. Selama ini Mama tidak pernah mengatakan demikian. Saya dan keluarga biasanya menyantap onde sesuai keinginan.

Onde terbuat dari tepung ketan yang bentuknya bulat-bulat seperti kelereng. Mama biasanya menyajikannya dalam kuah santan atau kuah jahe. Karena saya tidak menyukai Jahe, Mama selalu membuatnya dengan kuah santan.
Secara tradisi, makan onde itu seperti reuni keluarga besar pada musim dingin di Tiongkok. Mungkin ini juga sebabnya peringatan makan onde ini jatuh pada musim hujan di Indonesia (22 Desember). Kebersamaan atau reuni keluarga ini dilambangkan dengan bulat. Oleh sebab itu, onde yang kita makan bentuknya bulat. 

Kalo menurut legenda, ada cerita tentang seorang gadis bernama Yuanxiao. Untuk lebih lengkapnya bisa di searching saja di mbah google. Banyak kok yang menulis tentang ini. Dari saya cukup sekian saja ya ulasan singkatnya tentang Onde.

Selamat Hari Dongzhi :)
Posted by: caecilia
CS.Com Updated at: December 23, 2013

November 18, 2013

Cara Kirim Naskah ke Penerbit

Berhubung ada yang menanyakan cara menerbitkan sebuah naskah, saya putuskan untuk sekalian posting di sini supaya semuanya bisa baca. 

Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menulis naskahnya terlebih dahulu. Setelah naskah kamu selesai, tinggal dipilih mau dikirim ke penerbit yang mana. Ada Gramedia, Grasindo, Elexmedia, Gagasmedia, Mizan, Cupid, Stiletto, Homerian Pustaka, Ufuk Press, dan masih banyak lagi yang lainnya. Tinggal search saja di google. Komik bisa kamu kirim ke Elex, buku Islami bisa coba kirim ke Mizan, cerita fiksi bisa kirim ke Grasindo, atau kalau kelewat pede kirim saja ke Gramedia sekalian. Untuk penulis pemula memang susah tembusnya. Sedangkan untuk penulis yang sudah pernah menerbitkan buku, bisa lebih mudah tembusnya ke Gramedia. Tumpukannya beda lho antara naskah yang dikirim penulis pemula dan penulis senior.

Setelah pilih mau kirim ke penerbit mana, hal berikutnya yang harus kamu perhatikan adalah syarat dan ketentuannya. Setiap penerbit mempunyai standar masing-masing. Misalnya Gramedia, mereka mengharuskan naskah diketik dalam kertas A4, spasi 1,5, Times New Roman. Untuk panjang naskah antara 100 -150 hal. Beda lagi dengan Grasindo, syaratnya spasi 1, A4, Times New Roman, panjang naskah antara 70 - 150 hal. Lain lagi dengan Stiletto, mereka hanya meminta diemail 30 hal pertama softcopy. Kalau mereka suka, nanti kamu akan diminta dikirimkan hardcopy keseluruhan naskahnya. Untuk syarat menurut saya tidak baku. Seandainya menurut mereka naskah kamu bagus, pasti mereka akan pertimbangkan. Hanya saja untuk penulis pemula sebaiknya jangan ngenyel ya. Ikuti saja aturan mereka. Dan hal yang tak kalah penting lainnya adalah menulislah sesuai EYD atau paling tidak hampir mendekati sempurna. Tau di mana penempatan titik koma, huruf besar kecil, dsb. Bayangkan saja ketika editor terima naskah kamu yang kacau, jangankan dibaca, melihat EYD yanh acak-acakan mungkin nasib kamu akan langsung meluncur ke tong sampah. Belajarlah untuk menjadi editor untuk naskah kalian sendiri. Saya pernah mendengar seorang editor berkata seperti ini, "Kalo penulisnya aja enggak peduli sama naskahnya, kenapa kita harus peduli?" That's right. Bayangkan misalnya naskah kamu diterima, PR ya buat editor hanya untuk mengedit naskah kamu. Walaupun naskah kamu bagus bisa jadi ditolak hanya karena naskah kamu tidak sesuai EYD atau dalam arti kacau balau.

Selain naskah, kamu juga wajib membuat ringkasan cerita yang panjangnya 1-3 hal. Bukan untuk belakang cover lho ya, jangan coba-coba buat editor penasaran dengan menulis seperti ini, "Bagaimana kelanjutan hubungan Arie dan Diva? Baca selengkapnya di buku ini." Jangan coba-coba seperti ini deh. Itu urusan nanti buat belakang cover kalau seandainya naskah kamu diterima. Rangkum saja inti dari cerita kamu itu apa dan buatlah sesingkat mungkin. Tapi yang harus kamu ingat adalah ringkasan itu wajib menjelaskan secara keseluruhan mulai dari awal, konflik, hingga ending. Biasanya dengan hanya membaca ringkasan cerita kamu, editor sudah mempunyak gambaran apakah naskah kamu akan diterima atau ditolak. So, buatlah sebagus mungkin ya. Tapi tidak menutup kemungkinan, ringkasan yang kamu buat sangat bagus, tapi setelah membaca naskah kamu, editornya ternyata tidak suka. 

Oia, jangan lupa menyertakan biografi singkat, bukan CV seperti melamar kerja. Tidak lucu kan kalau kamu bisa menulis cerita beratus-ratus halaman, tapi membuat biografi singkat malah tidak bisa. Sumpah itu memalukan lho. Sertakan foto kamu juga di dalam biografi tersebut. Tapi jangan pernah menampilkan foto yang tidak pantas seperti foto kamu yang sedang nongkrong di pinggiran. Itu sih sebaiknya cukup untuk di posting media sosial saja.

Dijilid juga yang rapi, sertakan biografi, ringkasan cerita, semuanya dijadikan satu. Langkah selanjutnya tinggal dikirim via pos, JNE, TIKI, atau bisa langsung antar sendiri ke penerbitnya. Terserah mau pilih yang mana. Setelah kirim, seminggu kemudian jangan lupa konfirmasi via telp ke penerbitnya. Tanya naskah kamu sudah diterima atau belum oleh mereka. Sekalian basa-basi busuklah biar editornya kenal sama kamu. Kalau semuanya sudah kamu lakukan, next tinggal tunggu surat cinta dari mereka yang menyatakan naskah kamu diterima atau ditolak. Waktunya tergantung dari masing-masing penerbit. Ada yang cepet, ada berbulan-bulan bahkan sampai setahun pun ada. Nah, sambil menunggu kabar dari penerbit, ayo menulis lagi.
Posted by: caecilia
CS.Com Updated at: November 18, 2013
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...