Jujur saja saya baru mengetahui makna dari makan onde ini. Kalau di kampung halaman saya, tradisinya masih terasa cukup kental. Setiap rumah dan setiap keluarga Tionghoa pasti mengikuti tradisi ini. Termasuk mama. Mama juga selalu membuat dan moment ini selalu dinanti-nantikan sama kita semua. Saya membuat onde bersama Mama, cece, dede, dan keponakan di hari H-1 biasanya. Dan saya sangat merindukan moment itu.
Semenjak saya pindah ke Bogor pada Juni 2008, yah semenjak itu tidak pernah membuat Onde lagi, tapi kadang-kadang masih makan buatan tante. Kalau dibandingkan dengan di sini, masyarakat Tionghoa di sini sudah banyak yang meninggalkan tradisi ini. Lama-lama mungkin akan hilang tanpa jejak. Dan saya bersyukur di tempat kelahiran saya masih mengikuti tradisi ini. Setidaknya masih ada yang meneruskan.
Oia, saya juga baru mengetahui bahwa Onde harus di makan sesuai dengan jumlah umur. Sebenarnya saya juga baru mendengar tentang hal ini. Entah memanh harus seperti itu atau hanya mitos. Selama ini Mama tidak pernah mengatakan demikian. Saya dan keluarga biasanya menyantap onde sesuai keinginan.
Onde terbuat dari tepung ketan yang bentuknya bulat-bulat seperti kelereng. Mama biasanya menyajikannya dalam kuah santan atau kuah jahe. Karena saya tidak menyukai Jahe, Mama selalu membuatnya dengan kuah santan.
Secara tradisi, makan onde itu seperti reuni keluarga besar pada musim dingin di Tiongkok. Mungkin ini juga sebabnya peringatan makan onde ini jatuh pada musim hujan di Indonesia (22 Desember). Kebersamaan atau reuni keluarga ini dilambangkan dengan bulat. Oleh sebab itu, onde yang kita makan bentuknya bulat.
Kalo menurut legenda, ada cerita tentang seorang gadis bernama Yuanxiao. Untuk lebih lengkapnya bisa di searching saja di mbah google. Banyak kok yang menulis tentang ini. Dari saya cukup sekian saja ya ulasan singkatnya tentang Onde.
Selamat Hari Dongzhi :)