Halo guys..
Saya mau berbagi cerita mengenai acara sangjitan saya yang
sebenarnya sudah basi banget, LOL. Acaranya diadakan 31 Juli 2017 dan baru
sempet ditulis sekarang, hehe. Lebih baik telat daripada tidak sama sekali kan?
*pembelaan diri* :D
Acara sangjitan itu biasanya diadakan H-1 minggu sebelum
acara weddingnya menurut adat china khek yang di Belitung. Cuma, karena saya
pikir lebih cepat lebih baik kan, jadi saya bisa fokus persiapan weddingnya.
Acara wedding saya itu jatuh pada tanggal 9 Desember 2017. Calon saya bilang
sekalian perkenalan keluarga jadi kan lucu juga kalau misalnya saya
sangjitannya H-1 minggu, berati keluarga saya baru saling mengenal H-1 minggu
sebelum hari H, haha.
Saya sama calon saya sempet berantem gara-gara acara sangjit
ini karena perbedaan adat. Saya dan keluarga berasal dari Belitung dan banyak
sekali hal-hal yang berbeda yang biasa dilakukan di sini (Bogor). Lucu juga sih
menurut saya di sini karena baki yang dibawa oleh keluarga cowok ke cewek itu
harus dikembalikan setengah. Walaupun filosofinya katanya biar saling berbagi,
tapi kenapa harus ribet banget ya. Kata keluarga saya kok ngasihnya kayak tidak ikhlas ya? Wkwkwkwk. Iya,
sebenarnya saya maunya yang simple saja. Apa yang mau keluarga cowok kasih ke
keluarga saya dikasih saja, jadi tidak perlu dibagi-bagi. Kenapa tidak dari
rumah dipisahkan bagian si cowoknya kata keluarga saya. Pokoknya ribetlah
karena beda adat istiadat gitu. Tapi, akhirnya keluarga saya mengalah. Kita
turutin saja kemauan dari pihak keluarga calon saya. Kita tidak begitu paham,
jadi pas hari H kita nanya-nanya ini baki harus kita apain, hehe.
Perbedaan isi baki adalah :
Angpao + Perhiasan
Adat saya, angpao itu biasanya harus disiapkan 4 macam oleh
pihak cowok (uang susu, uang pesta, uang buat kakak adik kandung cewek, uang
kepala). Jadi yang boleh diambil semua itu uang susu dan uang buat kakak adik
kandung cewek, sisanya uang pesta sama uang kepala diambil sedikit saja karena
kalau diambil semua katanya jual anak, LOL. Untuk perhiasan sih standar saja
yang mau dikasih dari pihak cowoknya apa. Tidak ada aturan sih harus seberapa
banyak.
Sedangkan di sini (Bogor), angpaonya 2 macam ya kalau tidak
salah. Uang pesta sama uang susu saja. Tapi, yang di acara sangjitan saya
kemarin cuma 1 angpao saja uang susu yang diambil semua sama mama. Itu sudah
sesuai kesepakatan saya dan calon sih biar tidak ribet harus kembaliin uang
pestanya. Terus sempet kepikiran juga apa karena takut keluarga saya ambil
semua tuh uang pestanya ya jadi uang pesta tidak di kasih, LOL. Soalnya sempet
ada celotehan dari papa mertua soal uang pesta kalau dibawa harus dibalikin. Tapi
saya pikir ya sudahlah tidak perlu kasih uang pesta ribet juga. Lagian seluruh
biaya pesta pernikahan kami itu murni 100% pakai uang saya dan calon saya.
Kue Kacang + Kue
Beras
Kalau di adat saya, biasanya keluarga cowok akan menanyakan
terlebih dahulu ke keluarga cewek mau dibawakan berapa bungkus untuk kuenya.
Kenapa begitu? Karena kue itu nantinya akan dibagikan oleh keluarga cewek ke
sodara, teman-teman, tetangga, dan kenalan sebagai pemberitahuan saja kalau
kita sudah tunangan. Satu keluarga biasa dikasih masing-masing 1 bungkus kue
kacang dan kue beras. So, tidak heran biasa keluarga cewek memang menyebutkan
angka lho untuk jumlahnya, misalnya 200 bungkus masing-masing dan itu harus
dipenuhi oleh keluarga cowok.
Gula Batu
Nah, di Belitung itu dibawain gula batu biasanya. Mungkin
kalau di sini penggantinya yang manis-manis gitu kayak buah kaleng.
Iya, kalau di Belitung itu cuma segitu saja yang perlu
disiapkan. Gula batu seingat saya tidak wajib. Yang wajib itu yang uang sama
kue kacang dan kue beras.
Sedangkan kalau di Bogor ada aturannya katanya kalau bawa
baki itu harus genap. Jadi kemarin saya di bawakan 8 baki yang isinya :
1.
Uang Susu + Perhiasan (kalung)
2.
Pakaian Saya & Pasangan (masing-masing 2)
3.
Sepatu Saya & Pasangan (masing-masing 1)
4.
Perlengkapan Mandi & Make Up
5.
Buah-buahan (Pir
4, Jeruk 8, Apel 6)
6.
Sirup Marjan (2) & Minuman Anggur (2)
7.
Kue Kacang (2) & Lilin (2)
8.
Kue Lapis Legit (2) & Buah Kaleng (2)
Jadi, itu isinya semuanya genap dan saya kembalikan setengah
di bakinya masing-masing kecuali baki yang nomor 4 yang isinya perlengkapan
saya yang tidak mungkin saya bagi, hehe. Jadi, itu baki saya kembalikan dalam
keadaan kosong. Sempet kepikiran juga seharusnya apa saya isi sesuatu gitu.
Cuma tidak mungkin keburu juga saya siapinnya. Karena kata keluarga calon saya,
saya tidak perlu siapkan apa-apa jadi saya tidak persiapan.
So, lebih simple mana? Saya pikir sih adat saya lebih simple
karena tidak banyak macam yang harus disiapkan. Tadinya keluarga dari calon
saya maunya diadakan di resto. Tapi, saya pikir kenapa harus di resto kalau
masih bisa di rumah. Biasanya kan memang diadakan di rumah cewek. Dan yang
menjamu adalah keluarga dari pihak cewek. Kalau di resto mungkin akan dibayar
semua oleh calon saya biayanya, LOL. Tapi, kalau bisa hemat kenapa harus boros
? Mending uangnya disimpen buat keperluan yang lain. Dan yang membuat saya
enggan memilih acara di Resto adalah seluruh keluarga besar dari calon saya
sepertinya ikutan datang dari bocah sampai yang paling tua. Jadi, bayangkan
saja kalau diadakan di resto, berapa dana yang harus saya siapkan.
Oia, ini juga yang membedakan adat saya dan keluarga calon
saya. Kalau di saya, yang datang hanya orang yang dituakan atau wakil dari
keluarga cowok (bukan ortu) karena ortu datang pas lamaran bukan pas sangjitan.
Terus sama keluarga dari pihak cowok yang sudah menikah. Tidak ada anak kecil
karena ini acara sakral. Nah, kalau acara saya kemarin, dari bocah-bocah ada, anak-anak
remaja plus pacar-pacarnya juga ada, wkwk. Sebenarnya saya kurang sreg karena
jadinya kayak pesta ultah dan riweuh karena banyak bocah-bocah. Tapi kan tidak
mungkin saya melarang keluarga dari calon saya untuk ikutan datang, hehe.
Kami masak-masak di rumah. Bikin kai fan (nasi ayam) khas
orang Belitung kalau sangjitan selalu makan ini. Untuk cemilannya ditambah
buah-buahan, puding, kue. Jauh lebih hemat bila dibandingkan mengadakan acara
di resto.
Untuk jaman sekarang sih saya perhatikan memang sedang trend mengadakan acara sangjit di resto atau di hotel. Entah alasannya apa mungkin karena tidak mau ribet. Kalau di Belitung biasanya selalu di rumah acaranya karena lebih bermakna katanya.
Oke, sekian cerita sangjitan saya yang sudah telat itu,
hehe. Semoga bisa berguna untuk kalian yang mampir baca ya.