Sampailah di Hari H di mana saya pagi-pagi sudah sibuk bbm manager minta izin tidak masuk kerja dengan alasan sakit (yang ini jangan ditiru ya, hehe). Setibanya di sana, sudah cukup ramai. Tadinya saya pikir mereka adalah peserta dinamika kelompok juga. Ternyata saya salah. Itu orang-orang yang sign contract. Dan sekitar jam sembilan, akhirnya yang pada sign contract turun ke lantai 17. Sisa 7 orang yang artinya itu pasti teman diskusi nanti. Dan kita duduknya jauh-jauh selang-seling. Padahal niat saya dari awal setidaknya saya kenalan dulu sama mereka biar enak nanti diskusinya. Ketika ada seorang cewek yang saja kembali dari toilet dan dia duduk di samping saya, langsung saya ajak kenalan. Namanya Deasy. S1-nya UNTAR dan S2-nya di UGM. Dan saya langsung speechless. Wow. S2 di UGM pula. Dan dia mengambil Internal Audit sama seperti saya. Singkat cerita kami langsung akrab mengobrol banyak. Sampailah kami dipanggil masuk oleh bapak Riyanno yang memandu kami untuk FGD (Focus Discussion Group) atau dinamika kelompok.
Setelah itu, Pak Riyanno memberikan topik, “Kami adalah konsultan dan dipanggil oleh pemerintahan SBY untuk diminta masukan mengenai bagaimana cara mengatasi crowdednya Jakarta.”
Salah satu peserta yang bernama Sand* langsung mengeluarkan pendapatnya mengenai Pembangunan Infrastruktur, dan bla-bla. Lalu masing-masing dari kami akhirnya mengeluarkan pendapat masing-masing. Dan yang paling dominan ini si Sand*. Intinya selama 15 menit diskusi itu topik yang menurut saya mudah itu jadi berbelit-belit di mana masing-masing masih tetap memberikan pendapat tanpa kesimpulan. Saya sebenarnya mau memotong diskusi kami dan mau mengarah pada kesimpulannya. Ehhh, tiba-tiba Pak Riyanno bilang waktunya habis dan tunjuk satu jubir. Omaigat!!! Nah yang ditunjuk adalah Sand* (bukan saya yang pilih tapi salah satu dari kami yang memilihnya dan yang dipilih oke-oke saja). Btw, kalau diskusi kami tadi ditambah waktu lagi mungkin bisa jadi karya ilmiah!
Salah satu peserta yang bernama Sand* langsung mengeluarkan pendapatnya mengenai Pembangunan Infrastruktur, dan bla-bla. Lalu masing-masing dari kami akhirnya mengeluarkan pendapat masing-masing. Dan yang paling dominan ini si Sand*. Intinya selama 15 menit diskusi itu topik yang menurut saya mudah itu jadi berbelit-belit di mana masing-masing masih tetap memberikan pendapat tanpa kesimpulan. Saya sebenarnya mau memotong diskusi kami dan mau mengarah pada kesimpulannya. Ehhh, tiba-tiba Pak Riyanno bilang waktunya habis dan tunjuk satu jubir. Omaigat!!! Nah yang ditunjuk adalah Sand* (bukan saya yang pilih tapi salah satu dari kami yang memilihnya dan yang dipilih oke-oke saja). Btw, kalau diskusi kami tadi ditambah waktu lagi mungkin bisa jadi karya ilmiah!
Akhirnya jubir mulai mempresentasikan dan ditanya-tanya oleh Pak Riyanno. Yang lain tidak boleh menjawab kecuali ditunjuk. Padahal saya sudah siap-siap kalau seandainya saya ditanya. Ternyata setelah dia menanyakan rekan di depan saya, diskusi kami langsung selesai dan tidak jelas titik cerahnya.
Kemudian, Ibu Helen mulai membagikan puzzle yang harus kami kerjakan dalam 15 menit. Kami hanya bisa menyelesaikan 15 puzzle. Ibu Helen menanyakan kenapa kami tidak bisa menyelesaikan puzzle itu. Kesulitannya di mana? Lagi-lagi si Sand* yang langsung buru-buru menjawab. Dia bilang banyak tangan-tangan yang mengerjakan itu jadinya ribet. Dan ada yang mengambil puzzle yang sudah dipasang tapi tidak dikembalikan ditempat semula. Busettttt!!!
Walaupun saya tidak merasa melakukan apa yang dia bilang, tapi menurut saya tidak etis kalau dia menyalahkan teman kelompoknya. Terus Ibu Helen bilang, "jadi menurut kamu gimana? Ngerjain sendiri-sendiri aja?" Dia jawab, "satu orang aja yang nyusun puzzlenya."
Ibu Helen, "menurut kamu siapa yang bisa jadi koordinatornya?"
Dia jawab, "Mol*"
Akhirnya Ibu Helen bertanya kepada yang lain, "menurut yang lain gimana?"
Nah, saatnya saya mengacung. “Menurut saya, kerja sama antara kami bertujuh sudah cukup baik. Hanya saja kami kesulitan karena tidak tahu starting pointnya. Kami kesulitan menentukan mana puzzle yang harusnya dipinggir atau ditengah. Kami tidak tahu polanya dan bagaimana trik-trik mengerjakan puzzle ini.” Didukung oleh anggukan beberapa kepala yang setuju. Kemudian Ibu Helen bertanya lagi, “Menurut kamu, starting pointnya di mana?” saya jawab : “Menurut saya, puzzle yang ada lengkungan seperti ini (sambil megang salah satu puzzle), adalah dibagian pinggir. Tapi tidak tahu menurut pendapat teman-teman. Soalnya ini adalah kelompok dan harus berdasarkan keputusan bersama.”
Walaupun saya tidak merasa melakukan apa yang dia bilang, tapi menurut saya tidak etis kalau dia menyalahkan teman kelompoknya. Terus Ibu Helen bilang, "jadi menurut kamu gimana? Ngerjain sendiri-sendiri aja?" Dia jawab, "satu orang aja yang nyusun puzzlenya."
Ibu Helen, "menurut kamu siapa yang bisa jadi koordinatornya?"
Dia jawab, "Mol*"
Akhirnya Ibu Helen bertanya kepada yang lain, "menurut yang lain gimana?"
Nah, saatnya saya mengacung. “Menurut saya, kerja sama antara kami bertujuh sudah cukup baik. Hanya saja kami kesulitan karena tidak tahu starting pointnya. Kami kesulitan menentukan mana puzzle yang harusnya dipinggir atau ditengah. Kami tidak tahu polanya dan bagaimana trik-trik mengerjakan puzzle ini.” Didukung oleh anggukan beberapa kepala yang setuju. Kemudian Ibu Helen bertanya lagi, “Menurut kamu, starting pointnya di mana?” saya jawab : “Menurut saya, puzzle yang ada lengkungan seperti ini (sambil megang salah satu puzzle), adalah dibagian pinggir. Tapi tidak tahu menurut pendapat teman-teman. Soalnya ini adalah kelompok dan harus berdasarkan keputusan bersama.”
Setelah itu, Ibu Helen memberikan waktu 10 menit lagi dan kami harus menyelesaikan 20 puzzle. Dan kami hanya bisa mengerjakan 16 puzzle. Kali ini saya tidak menjawab dan memberikan kesempatan yang lain. Menurut saya kenapa kami tidak bisa menyelesaikan puzzle-nya karena terpaku dengan pola awal yang sudah dibuat. Padahal tidak menutup kemungkinan, pola pinggir yang kami susun adalah salah dan malah bisa berada ditengah. Saya melihat ada yang salah dengan pola puzzle kami. Saya menyarankan untuk bongkar saja tapi mereka tidak berani ambil resiko. Jadi, tambahan waktu 10 menit itu kami hanya melanjutkan pola pertama tanpa mengubahnya. Padahal sudah jelas sisa puzzle nya itu sudah tidak bisa di sambung ke mana-mana lagi yang artinya polanya salah. Kalau saya yang susun, saya sudah bongkar. 10 menit itu lama lho. Dan walaupun tidak selesai setidaknya saya puas karena sudah mencoba membongkarnya.
Setelah itu, Pak Riyanno menjelaskan tentang BDP dan kami diminta menunggu di depan sekitar 10 menit untuk melihat siapa yang lolos.
Dan yang lolos ternyata 5 orang termasuk saya.
Tips-tips buat yang mau FGD :
- Jangan terlalu dominan dan kasih kesempatan yang lain bicara
- Perhatikan saat teman sedang mengeluarkan pendapat
- Jangan terlalu pasif
- Lebih baik jarang bicara, tapi sekalinya memberikan pendapat membuat yang lain WAWWW!!
- Hargai pendapat teman dan jangan malah menyerang teman sendiri (Ini diskusi kelompok bukan debat)
- Tunjuk jubir dengan benar bukan berdasarkan dominannya dia tapi pemikirannya biasa-biasa saja (Kalau Jubirnya bisa mempresentasikan dan menjawab pertanyaan Pak Riyanno dengan baik, artinya kelompok kita akan dinilai baik)
- Saat puzzle, hati-hati saat bicara
- Jangan menyalahkan teman kalau tidak bisa menyelesaikan puzzlenya
- Banyak-banyak baca tentang pengetahuan umum
Nah, terus kami diminta mengisi formulir dalam jumlah banyak. Sambil mengisi formulir kami kenalan dan langsung akrab. Kami makan siang bersama berlima dilantai 7. Jam 1 kembali lagi ke lantai 21 untuk menunggu interview. Mereka itu ternyata gokil-gokil anaknya.
Sampailah akhirnya saya dipanggil interview hrd. Sama ibu-ibu cantik dan masih muda. Saya lupa menanyakan namanya dan dia tidak memperkenalkan diri. Kalau dalam sesi ini santai. Ditanya tentang diri kita sendiri. Hampir sama dengan interview psikolog. Bedanya kalau dengan Hrd lebih rileks daripada sama psikolog yang kaku. Saya saja bisa sambil ketawa-ketawa sama ibunya. So far so good.
Semoga informasi ini berguna untuk teman-teman yang sedang proses BDP. Good luck !
6 comments
Hai hai Caesy :)
U tanggal brp FGD-nya? Gw juga sama kaya u.. Kemarin lolos FGD trus interview HRD. hahaha..
Dan kayanya gw tau tuh Deasy anak UGM itu. Waktu psikotes bareng gw, jadi sempet kenalan.
Eniwei salam kenal ya. Semoga kita bs masuk barengan dan mampir jg ke blog gw klo sempet :)
Hai juga Chrystel..
Gue FGD tanggal 17 April. Kayaknya ga beda jauh ya sama lu.
Aminn. Semoga kita berdua bisa lolos bareng ya :D
Okeh ntar gue mampir dan kasih comment juga :)
kak caesy skrg udah kerja di BCA apa gugur kak ?
@Felix : Hai Felix. Waduh jangan panggil gue kakak *berasa tua deh* :))
Gue udah gagal. Di telp sama pihak BDP ngasih tau kalo gue gagal *nyesek banget* jadi curcol kan :D
Tapi ditawarin program lain gitu & gue ga ambil. Lu abis FGD ya? Good luck ya :)
Hay dear bisa minta email kamu gak? ada yg mau ditanya.. perihal tlp dari BCA PUSAT yang gak terangkat karena saya di Palembang. anywy salam kenal...
Bisa email jg ke Aguztine@ymail.com
@Agustin : Hai dear. Salam kenal :)
Udah dibales ya di email ya.
Buat yang lain kalo ga ke angkat, telp balik aja dan minta sambungin ke bagian BDP BCA.
Kalo mau nunggu juga silahkan. Biasanya kalo mereka memang butuh, ntar juga di telp lagi sama BDP :D